Lelaki Dermaga

 

           

  Kurang ajar. Berani-beraninya dia mengaku-ngaku bahwa aku pacarnya. Aku tidak sudi. Tidak tahu apa, ayahku seorang Panglima. Ditembak pistol baru dia rasa “. Aku terus saja menggerutu menyumpahi kejadian tadi sepanjang jalan.

            Thomas, lelaki super brengsek hari selasa kemarin tiba-tiba datang ke kelasku, menyeret tanganku dan mengumumkan bahwa aku dan dia resmi berpacaran. Gila ! Akrab saja tidak, hanya tahu bahwa Thomas adalah lelaki yang jago bermain sepak bola dan bermain hati perempuan. Jelas saja aku meronta tak terima dengan si lintah berkepala dua itu. Sialnya, energi ku tak sebanding dengan cengkeraman tangan kirinya. Ku kibaskan tanganku dan akhirnya terlepas juga. Aku lari secepat kilat diiringi seruan siswa yang mengecengiku. Kaki ku berhenti di depan dermaga. Semilir angin mengundang pori-pori kulitku untuk tinggal sebentar. Bokongku terjatuh bersama rumput rumput hijau yang menari. Rongga hidungku menghisapi aroma dermaga bak surgawi.

            “ Assalamualaikum “ tiba-tiba suara merdu merasuk telingaku. Ya Tuhan benarkah ini surga. Mengapa ada Malaikat disini ?. Mataku tak berkedip. Wajah beningnya bak air dermaga yang menenangkan. Siapa gerangan, yang berhasil membuat jantungku berdegup kewalahan.

            “ Assalamualaikum dek “ sapa nya lagi lebih keras sambil menjatuhkan bokongnya tak jauh disampingku.

            “ eh, wa.. waalaikumsalam “ jawab ku gugup

            “ Tadi saya liat adek lari lari terus berhenti disini, saya kira adek lagi dikejar kejar pencopet atau apa gitu. Adek gak papa ?”.

            “ emm.. gak papa “ jawab ku pelan

            “ waktu saya se-usia adek saya juga sering ke sini loh, Saya dari Pondok belakang mall besar itu “ ungkapnya lalu menunjuk ke arah barat. Matanya berubah menjadi sayu. Sesekali ia menghembuskan nafasnya gusar. Aku hanya diam tak berani buka suara, takut salah omong.

            “ Dulu aku suka sama perempuan yang sekolah di SMA sebelah pondokku, tapi aku malu bilanglah. Kata temen ku dia tidak baik, anaknya suka ke club. Tapi setelah ku telusuri diam diam ternyata bohong. Dia cantik, baik bahkan suka menolong. Pernah suatu hari aku lihat dia nyelamatin kucing yang masuk tong sampah. Lucu kan. Terus aku tidak tahan, akhinya bilang deh kalau aku suka dia padahal kita dulu cuma kenal pas lewat lewat di jalan aja gitu. “ Lelaki itu kembali membuka suara tentang kehidupannya. Padahal aku tidak minta, entahlah mengapa aku jadi tertarik mendengar ceritanya.

            “ Terus ya.. Dia tuh ternyata juga suka sama aku. Ahh.. Hatiku rasanya ingin terbang bersama bintang”. Sudut bibir ku melengkung ke atas. Aku turut bahagia mendengarnya. Dia terus saja mengoceh dan ceritanya semakin seru.

            “ Jadi dek, kalau ada yang suka sama adek jangan di sia sia in lah. Lelaki kan juga punya hati. Apalagi ya kuberitahu sini.. “ ucapnya menyuruhku mendekat. Aku hanya menurut saja.

            “ Apalagi kalo dia suka padamu tanpa alasan. Kamu tidak boleh egois mengacuhkannya. Ingat Lelaki juga punya perasaan“. Dia menjelaskan dengan mantap. Aku hanya diam merenunginya. Tiba tiba aku teringat Thomas.

            Keesokan harinya aku yakin dengan pilihanku. Aku akan menjawabnya sekarang. Kulalui lorong sekolah yang ramai tak peduli orang orang memandangku aneh. Wajah bersinar  bak mentari pagi ini. Senyum ku terus saja mengembang tak jemu ketika ku dapati orang yang kucari. Kulangkahkan kaki ku mantap menuju orang tersebut.

            “ Thomas aku mau jadi pacar mu “ jawabku gembira yang sekarang berada tepat di hadapannya. Thomas diam menatapku. Tiba tiba hening. Siswa dikelas bak patung. 1 detik 2 detik 3 detik. Riuh ! Suara gelak tawa membuncah, beberapa siswa memegang perutnya sambil terus tertawa. Aku bingung. Thomas tersenyum licik mendapatkan satu tumpuk uang seratus ribuan di depan mejanya.

            “ Siapa juga yang mau jadi pacar perempuan kayak lo hahahaha “ jawabnya tertawa dengan lantang yang diikuti teman disebelahnya.

            “ Yah.. uang kita raib bro “ Salah satu temannya menimpali. Mataku panas. Emosi ku sudah memuncak di ubun ubun. Dasar brengsek ! Akan ku suruh ayahku untuk menembak mereka dan juga dia si lelaki dermaga itu. Ya lelaki itu. Tunggu pembalasanku.

            Pulang sekolah aku sudah tidak sabar berlari menuju dermaga mencari sosok yang telah mempengaruhiku. Dia benar benar malaikat. Malaikat Maut. Kaki ku mengelilingi dermaga yang luas mencari sosok penipu itu. Berani beraninya ia mencuci otak ku yang suci ini. Sampai akhirnya aku menemukan ia di bawah pohon rindang bersama wanita tua di sampingnya.

            “ Kamu berani beraninya menceramahi aku ini itu ternyata itu semua hanya mencuci otakku dan membuatku malu. Dasar seenaknya !” ucapku lantang tak peduli orang lain mendengarnya. Biarin. Lelaki itu hanya diam memandangku aneh. Kedua bola matanya tidak focus. Tingkahnya tidak lagi seramah kemarin.

            “ Pasti adek ini pernah bertemu anak saya ya, maaf dek sebenarnya anak saya.. eee.. anak saya, memiliki gangguan jiwa “ Astagahh !! Aku terpanjat kaget. Kupandangi Tidak ada titik kebohongan di mata wanita itu.

            “ Hah “ Aku meremas kepalaku, frustasi.

            “ Dia sering curhat kepada orang orang disini tentang masa mudanya yang indah. Nyatanya dia cuma dipermainkan, perempuan yang ia sukai meninggalkan nya. Ia hanya di manfaatkan untuk mengerjakan tugas sekolah si perempuan itu. Anak saya ini pintar dek, tapi bagaimana lagi cinta buta sudah menghasutnya ke jalan durjana sampai ia terlena dan gila”. Ucap wanita tua itu dengan suara yang bergetar. Aku tidak tega.

            “ Maaf kan anak saya ya dek “. Aku hanya mengangguk pelan. Mata wanita itu sembab. Tangannya yang keriput mengusap usap sekitar wajahnya. Aku menjauh tanpa sepatah kata apapun. Entah, perasaanku benar benar hancur. Tubuhku lunglai menunduk malu merutuki kebodohanku beriringan dengan jiwa yang kelabu.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FEATURE BIOGRAFI (SOSOK)

Luka Membuat Lupa Manusia

Kakung Tiada